Kamis, 19 November 2009
Rabu, 18 November 2009
Minggu, 15 November 2009
Jumat, 13 November 2009
Kamis, 12 November 2009
Senin, 09 November 2009
Kamis, 05 November 2009
Senin, 02 November 2009
Sabtu, 24 Oktober 2009
Pelvic Floor Muscle Exercises (Kegel's)
Frederick R. Jelovsek MD
Untuk menemukan otot yang Anda butuhkan untuk olahraga, bayangkan bahwa Anda memiliki tampon dalam vagina yang jatuh keluar dan Anda harus kencangkan otot Anda untuk menahan masuk kencangkan otot Anda adalah otot Anda harus latihan. Cara lain untuk menemukan otot yang tepat, yang bulbocavernosis otot, adalah duduk di toilet, tempat satu jari di vagina dan kontrak yang otot di sekitar Anda jari. Otot yang Anda gunakan untuk mengencangkan di jari Anda adalah otot Anda harus latihan. Dokter Anda dapat membantu Anda menentukan otot berkontraksi dan pastikan Anda melakukannya dengan benar dengan memeriksa Anda selama pemeriksaan panggul.
Jangan membuat kebiasaan melakukan latihan ini dengan memulai dan menghentikan aliran urin Anda saat buang air kecil! Anda dapat mengajar diri kandung kemih kebiasaan buruk dan mengembangkan kesulitan buang air kecil dengan melakukan ini! Sebaliknya, Anda harus berlatih latihan Anda di lain waktu. Menghentikan aliran urin Anda saat buang air kecil diajarkan oleh orang lain hanya untuk membantu Anda menemukan otot yang benar untuk kontrak.
Latihan otot panggul dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kami akan memberikan petunjuk tentang bagaimana melakukan jenis latihan yang digambarkan oleh Dr Kegel. Karena terus olahraga berat dapat menyebabkan nyeri otot dan kelelahan, jangan mencoba untuk memulai latihan maksimal sekaligus. Menyebar mereka selama hari itu. Kami menyarankan mulai dengan 25 kontraksi otot dibagi menjadi 3 sesi setiap hari. Ini akan membawa 5 menit 3 kali sehari. Anda harus akhirnya membangun hingga 20 menit (100 kontraksi) 3 kali sehari. Jika Anda memiliki memulai nyeri otot, cobalah melakukan latihan keras setiap hari lain sebagai gantinya. ini akan memungkinkan otot anda untuk pulih dari kelelahan latihan.
Latihan-latihan ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Anda mungkin merasa perlu untuk mengasosiasikan kegiatan dengan otot-otot Anda, seperti melakukan mereka ketika berhenti di lampu merah, selama iklan TV, berbicara di telepon, atau melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga seperti menyetrika, mencuci piring, memasak, dll anggap penting untuk membiasakan melakukan mereka!
- Awalnya - Kencangkan otot-otot panggul selama enam hitungan dan relaks selama enam detik. Setiap kontraksi siklus harus berlangsung 12 detik atau 5 kontraksi satu menit. Ulangi 25 kali. Lakukan ini 3 kali setiap hari - total 75 kontraksi.
- Minggu 2 - Kencangkan otot-otot panggul selama 6 detik setiap 12 detik (5 per menit) selama 10 menit, 50 kontraksi. Lakukan ini 3 kali setiap hari - total 150 kontraksi.
- Minggu 3 - Kencangkan otot-otot panggul selama 6 detik setiap 12 detik (5 per menit) selama 15 menit, 75 kontraksi. Lakukan ini 3 kali setiap hari - total 225 kontraksi.
- Minggu 4-24 - Kencangkan otot-otot panggul selama 6 detik setiap 12 detik (5 per menit) selama 20 menit, 100 kontraksi. Lakukan ini 3 kali setiap hari - total 100 kontraksi.
- Setelah 24 bulan - Lanjutkan perawatan di 10 menit tiga kali sehari atau 15 menit dua kali sehari, total 150 kontraksi per hari.
Jika suatu saat Anda berpikir Anda memperoleh sakit kepala, dada, otot perut tidak nyaman atau tidak nyaman, maka Anda berkontraksi otot-otot lain selain, atau bukan otot bulbocavernosis. Berkonsentrasi hanya pada perineum, sambil bersantai semua otot-otot lain.
Rabu, 14 Oktober 2009
Rhematoid arthritis
By : joko santoso.Amf (physiotherapist of PT.GULA PUTIH MATARAM)
Rhematoid arthritis a.k.a REMATIK merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya. Penyakit yang 75 % diderita oleh kaum hawa ini bisa menyerang semua sendi, namun sebagian besar menyerang sendi-sendi jari (proximal interphalangeal dan metacarpophalangeal) . Semua orang beresiko terserang rheumatoid arthritis, namun resiko ini akan meningkat drastis pada usia 30 sampai 50 tahun, terutama pada wanita.
Dengan tingkat prevalensi 1 sampai 2 % di seluruh dunia, prevalensi meningkat sampai hampir 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun. Berdasarkan data diatas bisa diambil kesimpulan bahwa Rheumatoid arthritis akan menjadi penyakit yang akan banyak ditemui di masyarakat.
Patofisiologi
Membran syinovial pada pasien rheumatoid arthritis mengalami hiperplasia, peningkatan vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus inflamasi, terutama sel T CD4+. Sel T CD4+ ini sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik, rheumatoid arthritis sangat berhubungan dengan major-histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan antigenic peptide kepada CD4+ sel T yang menujukkan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh arthritogenic yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah antigen endogen telah teridentifikasi, seperti citrullinated protein dan human cartilage glycoprotein 39.
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis rheumatoid arthritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar rheumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peninkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita rheumatoid arthritis.
PENANGANAN REHABILITASI MEDIK PENYAKIT REMATIK :
1. PENANGGULANGAN NYERI/RADANG :
a. AKUT : TERAPI DINGIN, ELEKTROTERAPI , TERAPI LASER,
b. KRONIK : TERAPI DINGIN, KOMPRES HANGAT, HYDROCOLATOR PACK , INFRA MERAH, KONTRAS BATH, ELEKTRO TERAPI, TERAPI LASER, SWD, MWD, USD, AKUPUNTUR, MAGNETO TERAPI, HIDROTERAPI.
2. MENINGKATKAN LUAS GERAK SENDI (LGS): LATIHAN PEREGANGAN, TEHNIK MANIPULASI.
3. MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT : ELEKTRO STIMULASI, LATIHAN PENGUATAN.
4. MENINGKATKAN ENDURANCE OTOT : JALAN KAKI, JOGGING, SEPEDA STATIK, BERENANG, TREADMILL
5. MENCEGAH DEFORMITAS : PEMANASAN SEBELUM LATIHAN, PENDINGINAN SETELAH LATIHAN, TONGKAT KETIAK, TONGKAT, WALKER, ORTESA/BRACE/SPLINT.
6. MENGURANGI KEKAKUAN SENDI : USD, PARAFIN BATH, LATIHAN LGS, LATIHAN PEREGANGAN.
7. MEDLINDINGI SENDI : SPLINT/BRACE/ORTESA, LATIHAN OKUPASI
8. MEMPERBAIKI KESEIMBANGAN : LATIHAN KESEIMBANGAN
9. MEMPERBAIKI POSTUR : LATIHAN POSTUR, LATIHAN BIOFEEDBACK
Jumat, 25 September 2009
Respon fisiologi terhadap latihan
Respon Jangka Pendek
Kegiatan aktifitas fisik pada periode sumaksimal, maksimal, atau kombinasi dari keduanya dapat membuat pengaruh yang baik pada peningkatan aktifitas. Tubuh kita menemui kebutuhan peningkatan aktifitas dalam waktu yang lama, dengan aktifitas sedang dengan perbedaan respon fisiologis. Pada periode peningkatan aktifitas memunculkan respon tubuh dengan menghabiskan cadangan oksigen dan phospat dengan melalui pemecahan glikogen menjadi asam laktat. Keadaan ini menghasilkan defisit oksigen yang harus segera tergantikan. Penggunaan energi ini dapat digunakan dalam waktu yang singkat yang disebut dengan anaerobik power, jumlah toleransi defisit oksigen yang dapat diterima disebut dengan kapasitas anaerobik. Adaptasi dari kebutuhan dari peningkatan aktifitas pada jangka waktu pendek memiliki jumlah yang sama pada anak maupun orang dewasa.
Pada waktu melakukan latihan akan terjadi perubahan jangka pendek. Perubahan atau respon akut tersebut diperoleh karena beberapa faktor termasuk tingkatan dari latihan.
Respon akut yang terjadi pada kardio vaskuler pulmonal adalah :
1. Peningkatan denyut nadi; denyut nadi meningkat pada saat setelah latihan diakibatkan kebutuhnan penyedaiaan darah yang lebih banyak pada waktu latihan
2. Peningkatan stroke volume; stroke volume adalah jumlah darah yang dipompkan oleh jantung dalam satu kali denyutan. Stroke volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah yang kembali ke jantung, kekuatan kontraksi otot jantung dan stimulasi dari syaraf simpatic. Pada waktu latihan ketiga faktor tersbut mengalami perubahan sehingga terjadilah peninbgkatan stroke volume
3. Peningkatan cardica output. Dengan peningkatan stroke volume dan denyut nadi maka COP juga akan meningkat.
4. Peningkatan VO2 max. Ketika beban kerja meningkat konsumsi oksigen juga akan meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai nilai maksimal.
Respon Jangka Panjang
Tidak sama dengan latihan dalam jangka waktu yang pendek. Energi pada latihan dengan pemanasan diperoleh dari hasil proses oksidatif dari sumber makanan yang mulai muncul pada beberapa menit latihan dilakukan. Jumlah yang ditemukan dalam proses penyediaan energi dalam waktu lama dengan penggunaan oksigen dikenal dengan nama aerobik power. Penyediaan energi dalam latihan dengan pemanasan ini tergantung pada kesediaan oksigen dalam penggunaan kerja otot dalam waktu yang lama. Denyut nadi, frekwensi pernapasan, cardiac output, dan kebutuhan oksigen meningkat dalam latihan dalam waktu yang lama. Peningkatan frekwensi pernapasan akan meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-paru yang akan meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah. Peningkatan cardiac output akan meningkatkan jumlah darah yang ada pada pembuluh darah, akibatnya akan meningkatkan jumlah oksigen dalam otot. Dalam bagian penting peningkatkan cardiac output dapat diperoleh dengan adanya peningkatkan denyut nadi dan stroke volume. Perubahan stroke volume selama latihan relatif kecil, tapi salah satu keuntungan dari latihan adalah peningkatan stroke volume secara bermakna. Faktor penghambat dari aktifitas yang keras adalah kemampuan jantung sebagai pompa yang mampu mengirimkan darah dalam memenuhi kebutuhan oksigen ketika terjadi kerja otot. Pada kerja yang sangat berat peningkatan deyut nadi akan melewati batas kemampuan akhir dari aktifitas. Ketika aktifitas kerja yang berat dihentikan denyut nadi akan turun secara cepat dalam 2 – 3 menit, lalu secara bertahap.
Perubahannya yang terjadi akibat respon kronik dari latihan
Setelah latihan dengan teratur selama 1 – 3 minggu maka akan terjadi perubahan sebagai berikut :
- Peningkatan VO 2 max
- Penurunan target zone maksimal dan submaksimal
- Penurunan asalam laktat
Dampak dari respon kronis pada waktu latihan adalah
- Peningkatan ukuran jantung terutama pada ventrikel kiri
- Penurunan denyut nadi istirahat. Denyut nadi istirahat menurun satu kali permenit setelaha 1 – 2 minggu latihan
Proses Patologi Jaringan
1. Reaksi ; Fase Inflamsi . Fase pertama ini dapat terjadi sampai 72 jam. Diawali dengan proses perdarahan yang terjadi sampai 30 menit dimana pada saat itu jaringan yang trauma akan mengalami perdarahan karena pecahnya pembuluh darah. Setelah fase perdarahan maka akan muncul repon inflamasi yang dimanifestasikan dengan adanya nyeri, bengkak, panas. Jumlah cairan yang berlebih dan bengkak akan memulai proses perbaikan jaringan pada keaaan cidera dengan terjadinya pembentukan jaringan fibrin (bekas luka yang mengeras). Pada cidera otot dan tendon terjadi reaksi pemendekan myofilamen dan serabut otot pada dua jam pertama. Bengkak dan anoxia (jaringan tanpa suplai oksigen) akan menghsailkan kematian dan kerusakan sel pada 24 jam pertama. Setelah itu akan diikuti proses pelepasan protein dan pembentukan jaringan mati dan bengkak serta kekurangan oksogen pada jaringan
2. Regenerasi dan Reparasi; Fase fibroelastic repair. Fase ini terjadi mulai 48 jam sampai 6 minggu. Pada fase ini terjadi proses rebuild dan regenerasi jaringan. Fibroblast (bekas luka) tersintesa menjadi jaringan parut. Kemudian sel menghasilkan kolagen (jaringan ikat) tipe III, yang terjadi selama 4 hari. Perbaikan suply kapiler memproduksi kolagen yang menyilang (abnormal crosslink). Diakhir fase ini kontraktur dan pemendekan jaringan terjadi di area cidera
3. Fase remodeling. Fase ini terjadi mulai 3 minggu sampai 12 bulan. Pada fase ini jaringan kolagen yang menyilang dan memendek perlahan kembali menjadi jaringan yang sesuai dengan fungsinya. Seperti fungsi otot, tendon dan jaringan lainnya. Penyatuan, orientasi dan penyesuaian akhir dari jaringan terjadi pada fase ini.
Regenerasi jaringan setelah mengalami cidera sangat dipengaruhi oleh proses yang tepat dan baik pada setiap fase patologi jaringan. Salah dalam penanganan akan membuat jaringan akan sulit mencapai fungsinya yang optimal kembali. Selain itu banyaknya aliran darah yang teradapat pada jaringan juga akan mempersulit pengembalian fungsi jaringan. Oleh karena itu cidera otot yang banyak mengandung sirkulasi darah lebih sulit ke funsgi optimal daripada cidera bagian lain.
Prinsip Pencegahan Cidera Olahraga
Setiap atlet atau siapapun yang melakukan aktifitas olahraga pasti mendekatkan diri dengan resiko cidera. Memang sering terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang menjadi prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga. Bila prinsip ini dilaksanakan maka tubuh akan siap melakukan aktifitas olahraga dengan aman. Prinsip pencegahan cidera tersebut adalah
- Kondisi fisik; adalah merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga. Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan aktifitas olahraga. Juga akan mengurangi keparahan apabila mendapatkan cidera. Kemampuan maksimal dari penampilan seorang olahragawan akan diperoleh dengan kecukupan dalam kekuatan otot dan keseimbangan, power, daya tahan, kordinasi neuromuskuler, fleksibilitas sendi, daya tahan kardiovaskuler, dan komposisi tubuh yang sesuai untuk olahraga
- Pemilihan metode latihan yang tepat; Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.
- Rest dan recovery; tidur yang cukup adalah prinsip penting untuk mental yang baik dan kesehatan fisik serta menjadi bagian kritis dari recovery setelah bekerja berat. Kronik overexertion dan kelelahan dapat membuat atlet lebih mudah mengalami cidera
- Muscle soreness; penggunaan otot yang diatas ambang kemampuan dapat memunculkan muscle soreness (luka pada otot), kekakuan otot, dan spasme otot. Berdasarkan hipotesa spasme otot pada luka pada otot, ischemic pada otot dan adanya nyeri pada otot menghasilkan reflek spastik kontraksi dan dilanjutkan dengan viscous circle ischemic, spasme dan nyeri. Sedang didasari oleh hipotesa kerusakan jaringan, microtear dan nyeri menghasilkan rangsangan pada nerve ending sehingga menimbulkan bengkak pada otot. Bengkak, spasme dan nyeri menandai adanya luka pada otot. Pemberian massage yang tepat akan dapat mengurangi bengkak (oedema), dan menurunkan spasme otot. Pemberian es dapat memfasilitasi proses penyembuhan luka, Dan istirahat yang cukup dapat menghindari kerusakan mikroskopik dari jaringan
- Peralatan yang sesuai ; Sepatu merupakan peralatan yang paling harus disesuaikan dalam setiap aktifitas olahraga . Penggunaan sepatu ini sangat individualis dan harus dipilih secara hati hati. Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dapat mengakibatkan adanya cidera seperti cidera karena tekanan yang tidak sesuai, dan iritasi kulit yang dapat mengakibatkan adanya luka bakar pada kaki.
Pertolongan Pertama Pada Cidera Olahraga
Cidera OR sering terjadi ketika melakukan aktifitas olahraga. Cidera yang paling sering terjadi adalah pada ankle atau pergelangan kaki. Pada waktu terjadi cidera sebenarnya telah terjadi proses perdarahan seperti darah yang keluar pada luka. Oleh karena itu penanganan pertama yang diberikan adalah untuk menghentikan perdarahan.
Upaya pertama yang dilakukan dalam penanganan cidera adalah RICE (untuk memudahkannya ingat saja nasi), yaitu
R : Rest yaitu mengistirahatkan bagian yang cidera
I : Ice yaitu memberikan kompres es selama 10 menit
C : Compresion yaitu memberikan penekanan pada bagian yang cidera
E : Elevation yaitu meningggikan bagian yang cidera lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya
Yang tidak boleh diberikan adalah HARM (ingat saja Haram)
H : Heat yaitu memberikan kompres panas termasuk balsam dan jahe
A : Alkohol yaitu jangan di kompres dengan alkohol, walaupun dngin tapi merangsang pembengkakaan
R : Running yaitu jangan segera beraktifitas latihan
M : Massage yaitu tidak boleh dipijat karena akan memperburuk perdarahan.
Bila dilakukan RICE pada waktu cidera seperti keseleo dan tina diberikan HARM maka proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat dan sempurna
semoga bermanfaat
Mekanisme Cidera pada Olahraga
Banyak faktor yang menghasilkan mekanisme cidera atau trauma pada olahraga. Cidera pada jaringan lunak seperti cidera ligamen, kapsul sendi, atau otot dapat terjadi baik oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Biasanya cidera jaringan lunak tersebut dihasilkan dari trauma tumpul atau beban yang berlebihan , keadaan ini dikenal dengan nama macrotrauma misalnya robekan otot atau sprain ligamen. Disisi lain trauma tidak langsung dihasilkan dari beban submaksimal yang disertai dengan tanda dan gejala dan tidak muncul secara tiba tiba.
Cidera sendiri terdiri dari 3 fase yaitu akut, subakut/overuse dan akut/kronis. Pada akut adalah fase trauma langsung dari beban berlebihan secara tiba tiba atau makrotrauma (misal gerakan meledak pelari 100 meter dari balok start). Fase subakut terjadi pada saat peningkatan beban degenerasi (proses penurunan anatomi dan fisiologi jaringan) pada jaringan tubuh yang terjadi secara kumulatif (contoh tendinitis achiles pada pelari jarak jauh). Tipe terakhir adalah fase akut/kronik, adalah gabungan antara beban yang kumulatif dan beban berlebih secara tiba tiba (putusnya kronik tendinitis achiles pada pelompat jauh. Pada kronik sendiri adalah kondisi tanpa adanya inflamasi. Dan kondisi kronik ini akan menjadi akut yang disertai inflamasi bila mendapatkan beban berlebihan secara tiba tiba.
Inflamasi sendiri adalah reaksi radang yang ditandai adanya kemrahan, panas, nyeri, bengkak dan hilangnya fungsi. Inflamasi ini adalah tanda adanya kerusakan jaringan. Apakah cidera tersebut dihasilkan oleh trauma langsung atau tidak langsung hasilnya sama yaitu disfungsi karakteristik jaringan karena nyeri, inflamsi, dan stres pada jaringan ikat bagian dalam. Cidera sering menghasilkan ketidak mampuan fungsi, dimana pada saat itu atlet dapat melakukan aktifitasnya sehari hari tapi tidak dapat melakukan latihannya dengan baik.
Sabtu, 19 September 2009
DE QUERVAIN'S SYNDROME
Gejala :
Peran fisioterapi dalam kasus ini adalah memberikan splint atau pembidaian, tujuan adalah mengistirahatkan sendi dan mengurangi gerakan yang memunculkan nyeri terutama ketika melakukan aktivitas yang melibatkan tangan terutama ibu jari.. Pengaplikasian paraffin-bath atau hot pack membantu mengurangi nyeri yang terjadi, karena dengan efek termal yang terjadi membantu meningkatkan proses vaskularisasi darah pada sendi. Kombinasi dengan ultrasound terkadang memberikan efek yang bermakna bagi pasien.
Jumat, 18 September 2009
frozen Shoulder (Nyeri Bahu)
Ada berbagai macam penyebab nyeri bahu atau yang disebut dengan Frozen Shoulder sepeti akibat trauma, overuse, kerja statik,dll. Berikut ini klasifikasi nyeri bahu dan pemeriksaan fisioterapinya :
a. Tendinitis Bicipitalis
- Adduksi bahu terbatas
- Nyeri tekan pada tendon biceps (pada sulkus bisipitalis/sulkus intertuberkularis).
- Yergason Tes + & timbul nyeri serta penonjolan tendon bicep
b. Ruptur Rotator Cuff
- Penderita dapat melakukan abduksi sampai 90 derajat, namun bila diminta meneruskan abduksi tersebut (elevasi),
- Pada pemeriksaan kekuatan otot (MMI), nilai kekuatan otot tidak akan lebih dari 3 (Fair).
- Gerak pasif biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, juga tidak ada gangguan.
- Tes “Moseley” atau tes “lengan jauh” akan menunjukkan hasil yang positif.
c. Tendinitis Supraspinatus
- Painfull arc supraspinatus 0-60 derajat
- Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi.
- Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus.
- Tes “Apley Scratch” dan “Mosley”: positif. (Kedua tes ini bukan merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus saja. Tes “Apley Scratch” sedang tes dan “Mosley” juga positif pada kerusakan otot “rotator cuff” yang lain).
d. Bursitis
- Painfull arc sub acromialis 70 – 120 derajat.
- Tes flexi siku melawan tahanan pada posisi flexi 90 derajat menjadikan rasa nyeri.
e. Capsulitis Adhesiva
- Adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.
- Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45 – 60 tahun dan lebih sering pada wanita.
- Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai mengganggu tidur.
Terapi yang bisa diberikan :
- Akut : Ice Terapi, IR Luminous
Kronis : IR Non Luminous, SWD, MWD,
- Massage
- Terapi Latihan : Aktif, Pasif, isometric, over head pulleys, shoulderwheel, finger ladder, dan lain-lain.
- TENS
- Manipulasi dan Mobilisasi