Banyak faktor yang menghasilkan mekanisme cidera atau trauma pada olahraga. Cidera pada jaringan lunak seperti cidera ligamen, kapsul sendi, atau otot dapat terjadi baik oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Biasanya cidera jaringan lunak tersebut dihasilkan dari trauma tumpul atau beban yang berlebihan , keadaan ini dikenal dengan nama macrotrauma misalnya robekan otot atau sprain ligamen. Disisi lain trauma tidak langsung dihasilkan dari beban submaksimal yang disertai dengan tanda dan gejala dan tidak muncul secara tiba tiba.
Cidera sendiri terdiri dari 3 fase yaitu akut, subakut/overuse dan akut/kronis. Pada akut adalah fase trauma langsung dari beban berlebihan secara tiba tiba atau makrotrauma (misal gerakan meledak pelari 100 meter dari balok start). Fase subakut terjadi pada saat peningkatan beban degenerasi (proses penurunan anatomi dan fisiologi jaringan) pada jaringan tubuh yang terjadi secara kumulatif (contoh tendinitis achiles pada pelari jarak jauh). Tipe terakhir adalah fase akut/kronik, adalah gabungan antara beban yang kumulatif dan beban berlebih secara tiba tiba (putusnya kronik tendinitis achiles pada pelompat jauh. Pada kronik sendiri adalah kondisi tanpa adanya inflamasi. Dan kondisi kronik ini akan menjadi akut yang disertai inflamasi bila mendapatkan beban berlebihan secara tiba tiba.
Inflamasi sendiri adalah reaksi radang yang ditandai adanya kemrahan, panas, nyeri, bengkak dan hilangnya fungsi. Inflamasi ini adalah tanda adanya kerusakan jaringan. Apakah cidera tersebut dihasilkan oleh trauma langsung atau tidak langsung hasilnya sama yaitu disfungsi karakteristik jaringan karena nyeri, inflamsi, dan stres pada jaringan ikat bagian dalam. Cidera sering menghasilkan ketidak mampuan fungsi, dimana pada saat itu atlet dapat melakukan aktifitasnya sehari hari tapi tidak dapat melakukan latihannya dengan baik.
0 Comment:
Posting Komentar